Pentingnya
Alat Permainan Edukatif untuk Penanaman Karakter pada Anak Usia Dini
Pendidikan Karakter yang saat ini tengah dikembangkan
pemerintah dalam rangka optimalisasi jati diri (eksistensi) kebangsaan
sebenarnya telah mengakar di jiwa bangsa ini dengan aneka model pendidikan yang
telah diterapkan, mulai dari pendidikan non formal, informal hingga pendidikan
formal. Model-model yang pernah dijalankan untuk pendidikan karakter di Indonesia
sangat beragam, tetapi pada intinya ialah berbicara tentang nilai, etika,
moralitas, budi pekerti, dan akhlak.
Sayangnya pendidikan tersebut saat ini “seolah-olah” dicap
tidak berhasil, sebab menyisakan hasil pendidikan yang diskarakter. Berbagai
kejahatan dan dehumanisasi yang dilakukan manusia dalam mengarungi kehidupan
ini memosisikan bahwa pendidikan yang berbicara nilai telah “gagal” dan saat
ini sedang dicari format baru yang lebih tepat dan diharapkan menghasilkan
manusia-manusia unggul dan berkarakter sesuai dengan agama dan bangsanya
sendiri.
Pendidikan anak tidak lain merupakan pendidikan individu,
dimana pada setiap agama pun berusaha mempersiapkan dan membina supaya menjadi
anggota masyarakat yang berguna dan insan yang shaleh di dalam kehidupan ini.
Menurut ‘Ulwan, pendidikan anak jika telah dilaksanakan dengan baik dan terarah
maka ia tidak lain adalah pondasi yang kuat untuk mempersiapkan pribadi yang
saleh dan bertanggung jawab atas segala persoalan dan tugas hidupnya.
Sebagaimana disadari dan diakui dunia, bahwa proses
pendidikan anak lebih mudah dijalankan dengan metode bermain, sebab dunia anak
adalah dunia bermain. Melalui aktivitas bermain anak akan menempa dirinya untuk
mengasah sosial-emosional dan kemandiriannya, belajar berbahasa yang baik,
bersikap yang sportif dan sopan, mengolah daya pikir untuk kepandaiannya,
mengolah fisik motorik untuk kesehatan jiwa raganya, serta berkesenian supaya
cinta keindahan.
Sebenarnya di lembaga PAUD Formal, pendidikan yang mengarah
pada karakter yang baik telah lama diterapkan dan dibiasakan, yang menjadi
permasalahan yaitu bagaimana menciptakan stabilitas kondisi yang sudah baik di
pendidikan pra sekolah dapat berlanjut hingga perguruan tinggi.
Ketidak-sinambungan (discontinuety) pendidikan menjadi pemicu lahirnya
karakter-karakter yang tidak baik, sebab lompatan-lompatan materi pelajaran
yang tidak diimbangi materi pendidikan kepribadian menyebabkan unbalanced
(ketidak-seimbangan) antara tuntutan otak dan tuntutan hati. Untuk itu sejak
pendidikan anak usia dini, semua pihak perlu menyadari pentingnya keseimbangan
ini.
Apa yang dapat dijadikan bahan untuk menyeimbangkan berbagai
potensi yang dimiliki anak? Tentunya berbagai sentuhan yang terkait dengan
karakterisasi pada diri anak perlu dilakukan. Berbagai cara untuk mendukung
arah tersebut diantaranya adalah menyediakan alat-alat yang dapat melekatkan
antara materi, metode dan berlangsungnya proses tersebut. Ketersediaan alat
yang dapat menghubungkan antara materi serta tujuan yang diharapkan dari proses
pendidikan yang memuat internalisasi nilai-nilai sudah pasti sangat diperlukan
agar ketercapaian target dapat lebih efektif dan efisien. Bagi pendidikan anak
usia dini, proses yang dapat dijalankan yaitu menciptakan aktivitas-aktivitas
yang menyenangkan.
Dalam hal ini aktivitas yang dapat membantu ketercapaian
tujuan tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan yang bernilai dan mengarah
pada terangkatnya rasa keber-Tuhanan, penghargaan, cinta, tanggung-jawab,
kedisiplinan, kemandirian, kejujuran, kerendah-hatian, kepedulian, kebahagiaan,
kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras, toleransi, kebebasan, kedamaian,
dan rasa persatuan.
Bagaimana menciptakan aktivitas yang menyenangkan dalam
penanaman nilai kepada anak usia dini? Beberapa yang dapat dilakukan yaitu:
1) Meningkatkan wawasan dan pentingnya
mendidik anak dengan metode yang menyenangkan.
2) Memperdalam wawasan tentang
pentingnya pendidikan nilai dan menerapkannya dalam proses yang menyenangkan.
3) Meningkatkan skill dan kreativitas
guru anak usia dini, dengan aktivitas menggali ide, memilih bahan, merancang,
mencipta dan memanfaatkan media pembelajaran anak berbasis nilai (karakter).
4) Mengeksplorasi potensi yang dimiliki
guru pendidikan anak usia dini dalam menyediakan dan memanfaatkan sumber belajar
bagi anak usia dini.
5) Meningkatkan profesionalisme guru
anak usia dini dengan membekali ketrampilan mengelola proses pembelajaran yang
menyenangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar