Halaman

Sabtu, 08 Desember 2012

pentingnya alat permainan edukatif



Pentingnya Alat Permainan Edukatif untuk Penanaman Karakter pada Anak Usia Dini

Pendidikan Karakter yang saat ini tengah dikembangkan pemerintah dalam rangka optimalisasi jati diri (eksistensi) kebangsaan sebenarnya telah mengakar di jiwa bangsa ini dengan aneka model pendidikan yang telah diterapkan, mulai dari pendidikan non formal, informal hingga pendidikan formal. Model-model yang pernah dijalankan untuk pendidikan karakter di Indonesia sangat beragam, tetapi pada intinya ialah berbicara tentang nilai, etika, moralitas, budi pekerti, dan akhlak.
Sayangnya pendidikan tersebut saat ini “seolah-olah” dicap tidak berhasil, sebab menyisakan hasil pendidikan yang diskarakter. Berbagai kejahatan dan dehumanisasi yang dilakukan manusia dalam mengarungi kehidupan ini memosisikan bahwa pendidikan yang berbicara nilai telah “gagal” dan saat ini sedang dicari format baru yang lebih tepat dan diharapkan menghasilkan manusia-manusia unggul dan berkarakter sesuai dengan agama dan bangsanya sendiri.
Pendidikan anak tidak lain merupakan pendidikan individu, dimana pada setiap agama pun berusaha mempersiapkan dan membina supaya menjadi anggota masyarakat yang berguna dan insan yang shaleh di dalam kehidupan ini. Menurut ‘Ulwan, pendidikan anak jika telah dilaksanakan dengan baik dan terarah maka ia tidak lain adalah pondasi yang kuat untuk mempersiapkan pribadi yang saleh dan bertanggung jawab atas segala persoalan dan tugas hidupnya.
Sebagaimana disadari dan diakui dunia, bahwa proses pendidikan anak lebih mudah dijalankan dengan metode bermain, sebab dunia anak adalah dunia bermain. Melalui aktivitas bermain anak akan menempa dirinya untuk mengasah sosial-emosional dan kemandiriannya, belajar berbahasa yang baik, bersikap yang sportif dan sopan, mengolah daya pikir untuk kepandaiannya, mengolah fisik motorik untuk kesehatan jiwa raganya, serta berkesenian supaya cinta keindahan.
Sebenarnya di lembaga PAUD Formal, pendidikan yang mengarah pada karakter yang baik telah lama diterapkan dan dibiasakan, yang menjadi permasalahan yaitu bagaimana menciptakan stabilitas kondisi yang sudah baik di pendidikan pra sekolah dapat berlanjut hingga perguruan tinggi. Ketidak-sinambungan (discontinuety) pendidikan menjadi pemicu lahirnya karakter-karakter yang tidak baik, sebab lompatan-lompatan materi pelajaran yang tidak diimbangi materi pendidikan kepribadian menyebabkan unbalanced (ketidak-seimbangan) antara tuntutan otak dan tuntutan hati. Untuk itu sejak pendidikan anak usia dini, semua pihak perlu menyadari pentingnya keseimbangan ini.
Apa yang dapat dijadikan bahan untuk menyeimbangkan berbagai potensi yang dimiliki anak? Tentunya berbagai sentuhan yang terkait dengan karakterisasi pada diri anak perlu dilakukan. Berbagai cara untuk mendukung arah tersebut diantaranya adalah menyediakan alat-alat yang dapat melekatkan antara materi, metode dan berlangsungnya proses tersebut. Ketersediaan alat yang dapat menghubungkan antara materi serta tujuan yang diharapkan dari proses pendidikan yang memuat internalisasi nilai-nilai sudah pasti sangat diperlukan agar ketercapaian target dapat lebih efektif dan efisien. Bagi pendidikan anak usia dini, proses yang dapat dijalankan yaitu menciptakan aktivitas-aktivitas yang menyenangkan.
Dalam hal ini aktivitas yang dapat membantu ketercapaian tujuan tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan yang bernilai dan mengarah pada terangkatnya rasa keber-Tuhanan, penghargaan, cinta, tanggung-jawab, kedisiplinan, kemandirian, kejujuran, kerendah-hatian, kepedulian, kebahagiaan, kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras, toleransi, kebebasan, kedamaian, dan rasa persatuan.
Bagaimana menciptakan aktivitas yang menyenangkan dalam penanaman nilai kepada anak usia dini? Beberapa yang dapat dilakukan yaitu:
1)      Meningkatkan wawasan dan pentingnya mendidik anak dengan metode yang menyenangkan.
2)      Memperdalam wawasan tentang pentingnya pendidikan nilai dan menerapkannya dalam proses yang menyenangkan.
3)      Meningkatkan skill dan kreativitas guru anak usia dini, dengan aktivitas menggali ide, memilih bahan, merancang, mencipta dan memanfaatkan media pembelajaran anak berbasis nilai (karakter).
4)      Mengeksplorasi potensi yang dimiliki guru pendidikan anak usia dini dalam menyediakan dan memanfaatkan sumber belajar bagi anak usia dini.
5)      Meningkatkan profesionalisme guru anak usia dini dengan membekali ketrampilan mengelola proses pembelajaran yang menyenangkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar