PENGEMBANGAN
DISIPLIN DIRI ANAK USIA DINI
A.
Hakikat
disiplin untuk AUD
Poerwadarminta
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 28) mengartikan kata disiplin adalah
latihan batin dan watak dengan maksud supaya segala perhatian anak selalu
mentaati tata tertib di sekolah. Sedangkan menurut Hurlock (1999: 82) dalam
bukunya Perkembangan Anak mengartikan perilaku disiplin yakni perilaku
seseorang yang belajar dari atau secara sukarela mengikuti seorang pemimipin.
Dalam hal ini anak merupakan murid yang belajar dari orang dewasa tentang hidup
menuju kearah kehidupan yang berguna dan bahagia dimasa mendatang. Dari
pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah tata
tertib atau peraturan yang harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari untuk
melatih watak anggota yang ada dalam lembaga kependidikan. Pokok utama dari
disiplin adalah peraturan.
v Unsur-unsur
disiplin
Disiplin
sebagai upaya pengembangan anak untuk berperilaku sesuai dengan aturan dan
norma yang diterapkan oleh masyarakat mempunyai beberapa unsur yaitu:
1. Peraturan
Salah
satu unsur pokok disiplin adalah peraturan. Peraturan adalah
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan untuk menata tingkah laku seseorang
dalam suatu kelompok, organisasi, institusi atau komunitas. Tujuanya adalah membekali
anak dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu (Hurlock,
1999: 85). Peraturan mempunyai dua fungsi yaitu pertama, peraturan mempunyai
nilai pendidikan, sebab peraturan memperkenalkan pada anak perilaku yang
disetujui anggota masyarakat. Misalnya anak beajar dari peraturan tentang
memberi dan mendapat bantuan dalam tugas sekolahnya. Bahwa menyerahkan tugas
yang dibuatnya sendiri merupakan satu-satunya metode yang dapat diterima
sekolah untuk menilai prestasi. Kedua, peraturan membantu mengekang perilaku
yang tidak diinginkan. Bila peraturan tersebut merupakan peraturan keluarga
bahwa tidak seorang anakpun boleh mengambil mainan milik saudaranya tanpa
sepengetahuan dan izin si pemilik, anak segera belajar bahwa hal ini dianggap perilaku
yang tidak diterima karena mereka dimarahi atau dihukum bila melakukan tindakan
terlarang ini. Agar peraturan dapat memenuhi kedua fungsi tersebut di atas,
peraturan itu harus dimengerti, diingat dan diterima oleh anak.
2. Kebiasaan-kebiasaan
Kebiasaan
ada yang bersifat tradisional dan ada pula yang bersifat modern. Kebiasaan
tradisional dapat berupa kebiasaan menghormati dan memberi salam kepada orang
tua. Sedangkan yang bersifat modern berupa kebiasaan bangun pagi, menggosok
gigi, dan sebagainya.
3. Hukuman
Hukuman
terjadi karena kesalahan, perlawanan atau pelanggaran yang disengaja. Ini
berarti bahwa orang itu mengetahui bahwa perbuatan itu salah namun masih
dilakukan. Anonymous, (2003: 157) mengemukakan bahwa tujuan darihukuman adalah
menghentikan anak untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan aturan yang
berlaku agar anak jera baik secara biologis maupun psikologis. Hukuman
mempunyai tiga peran penting dalam perkembangan disiplin anak. Fungsi pertama
adalah menghalangi. Hukuman menghalangi pengulangan tindakan yang tidak
diinginkan. Bila anak menyadari bahwa tindakan tertentu akan mendatangkan
hukuman, mereka biasanya urung melakukan tindakan tersebut karena teringat
akan hukuman yang dirasakannya diwaktu lampau akibat tindakan tersebut. Fungsi hukuman kedua adalah mendidik. Sebelum anak mengerti peraturan, mereka dapat belajar bahwa tindakan tertentu benar dan yang lain salah dengan mendapat hukuman karena melakukan tindakan yang salah dan tidak menerima hukuman bila mereka melakukan tindakan yang diperbolekhan. Aspek edukatif lain dari hukuman yang sering kurang diperhatikan adalah mengajar anak membedakan besar kecilnya kesalahan yang diperbuat mereka. Kriteria yang diterapkan anak adalah frekuensi dan beratnya hukuman. Beratnya hukuman membuat mereka mampu membedakan kesalahan yang serius dan yang kurang serius. Fungsi hukuman yang ketiga adalah memberi motivasi untuk menghindari perilaku yang tidak diterima masyarakat. Pengetahuan tentang akibat-akibat tindakan yang salah diperlukan sebagai motivasi untuk menghindari kesalahan tersebut. Bila anak mampu mempertimbangkan tindakan alternatif dan akibat masing-masing alternatif, mereka harus belajar memutuskan sendiri apakah suatu tindakan yang salah cukup menarik untuk dilakukan. Jika mereka memutuskan tidak, maka mereka akan mempunyai motivasi untuk menghindari tindakan tersebut.
akan hukuman yang dirasakannya diwaktu lampau akibat tindakan tersebut. Fungsi hukuman kedua adalah mendidik. Sebelum anak mengerti peraturan, mereka dapat belajar bahwa tindakan tertentu benar dan yang lain salah dengan mendapat hukuman karena melakukan tindakan yang salah dan tidak menerima hukuman bila mereka melakukan tindakan yang diperbolekhan. Aspek edukatif lain dari hukuman yang sering kurang diperhatikan adalah mengajar anak membedakan besar kecilnya kesalahan yang diperbuat mereka. Kriteria yang diterapkan anak adalah frekuensi dan beratnya hukuman. Beratnya hukuman membuat mereka mampu membedakan kesalahan yang serius dan yang kurang serius. Fungsi hukuman yang ketiga adalah memberi motivasi untuk menghindari perilaku yang tidak diterima masyarakat. Pengetahuan tentang akibat-akibat tindakan yang salah diperlukan sebagai motivasi untuk menghindari kesalahan tersebut. Bila anak mampu mempertimbangkan tindakan alternatif dan akibat masing-masing alternatif, mereka harus belajar memutuskan sendiri apakah suatu tindakan yang salah cukup menarik untuk dilakukan. Jika mereka memutuskan tidak, maka mereka akan mempunyai motivasi untuk menghindari tindakan tersebut.
4.
Penghargaan
Penghargaan
adalah unsur disiplin yang sangat penting dalam pengembangan diri dan tingkah
laku. Penghargaan tidak harus berupa materi tetapi dapat juga berupa kata-kata
pujian atau senyuman. Penghargaan mempunyai tiga peranan penting dalam mengajar
anak berperilaku sesuai dengan aturan yang berlaku. Pertama, penghargaan
mempunyai nilai mendidik. Bila suatu
tindakan disetujui, anak merasa bahwa hal itu baik. Kedua, penghargaan berfungsi sebagai motivasi untuk mengulangi perilaku yang disetujui. Karena anak bereaksi positif terhadap persetujuan yang dinyatakan dengan penghargaan, dimasa mendatang mereka berusaha untuk berperilaku dengan cara yang akan banyak memberinya penghargaan. Dan ketiga, penghargaan berfungsi untuk memperkuat perilaku yang disetujui secara sosial. Bila anak harus belajar berperilaku secara sosial, ia harus merasa bahwa berbuat demikian cukup menguntungkan baginya. Karenanya penghargaan harus digunakan untuk membentuk asosiasi yang menyenangkan dengan perilaku yang diinginkan.
tindakan disetujui, anak merasa bahwa hal itu baik. Kedua, penghargaan berfungsi sebagai motivasi untuk mengulangi perilaku yang disetujui. Karena anak bereaksi positif terhadap persetujuan yang dinyatakan dengan penghargaan, dimasa mendatang mereka berusaha untuk berperilaku dengan cara yang akan banyak memberinya penghargaan. Dan ketiga, penghargaan berfungsi untuk memperkuat perilaku yang disetujui secara sosial. Bila anak harus belajar berperilaku secara sosial, ia harus merasa bahwa berbuat demikian cukup menguntungkan baginya. Karenanya penghargaan harus digunakan untuk membentuk asosiasi yang menyenangkan dengan perilaku yang diinginkan.
B.
Tujuan
disiplin untuk AUD
Mengajarkan
disiplin pada anak adalah kewajiban. Bila tidak
diajarkan kedisiplinan, anak yang tumbuh dewasa akan merepotkan orang tua.
Salah satu dari akhlak yang baik adalah disiplin.
10 Manfaat Mengajarkan Disiplin pada
Anak usia dini menurut seto mulyadi,
Ø Menumbuhkan
kepekaan.
Anak tumbuh menjadi pribadi yang peka/berperasaan halus dan
percaya pada orang lain. Sikap-sikap seperti ini akan memudahkan dirinya
mengungkapkan perasaannya kepada orang lain, termasuk ortunya. Alhasil, anak
akan mudah menyelami perasaan orang lain juga.
Ø Menumbuhkan
kepedulian.
Anak jadi peduli pada kebutuhan dan
kepentingan orang lain. Disiplin membuat anak memiliki integritas, selain dapat
memikul tanggung jawab, mampu memecahkan masalah dengan baik dan mudah
mempelajari sesuatu.
Ø Mengajarkan
keteraturan.
Ø Menumbuhkan
ketenangan.
Penelitian menunjukkan, bayi yang
tenang/jarang menangis ternyata lebih mampu memperhatikan lingkungan sekitarnya
dengan baik. Di tahap selanjutnya, ia bisa cepat berinteraksi dengan orang
lain.
Ø Menumbuhkan
sikap percaya diri.
Sikap ini tumbuh saat anak diberi
kepercayaan untuk melakukan sesuatu yang mampu ia kerjakan sendiri.
Ø Menumbuhkan
kemandirian.
Dengan kemandirian anak dapat
diandalkan untuk bisa memenuhi kebutuhan dirinya sendiri. Anak juga dapat
mengeksplorasi lingkungannya dengan baik. Disiplin merupakan bimbingan pada anak agar
sanggup menentukan pilihan bijak.
Ø Menumbuhkan
keakraban.
Anak jadi cepat akrab dan ramah
terhadap orang lain, karena kemampuannya beradaptasi lebih terasah.
Ø Membantu
perkembangan otak.
Pada usia 3 tahun pertama,
pertumbuhan otak anak sangat pesat. Di usia ini, ia menjadi peniru perilaku
yang sangat piawai. Jika ia mampu menyerap disiplin yang dicontohkan orang
tuanya, maka disiplin sejak dini akan membentuk kebiasaan dan sikap yang
positif.
Ø Membantu
anak yang “sulit”, misal anak yang hiperaktif, perkembangan terlambat, atau
temper tantrum.
Nah, dengan menerapkan disiplin,
maka anak dengan kebutuhan khusus tsb akan mampu hidup lebih baik.
Ø Menumbuhkan
kepatuhan.
Hasil nyata dari penerapan disiplin
adalah kepatuhan. Anak akan menuruti aturan yang diterapkan orang tua atas
dasar kemauan sendiri.
C.
Beberapa
Cara Umum Dalam Penanaman Disiplin Terhadap AUD
Cara
dan kebiasaan orang tua, guru, dan masyarakat dalam membentuk disiplin anak
tergantung pada pengalaman, sikap, karakter, dan pribadinya. Umumnya cara
pembentukan perilaku disiplin dikelompokkan menjdi dua yaitu:
1. Disiplin
Negatif
Setiap
keluarga maupun sekolah mempunyai masalah tentang tingkah laku anak yang tidak
sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Untuk mengatasi hal tersebut,
mereka menggunakan disiplin yang salah. Namun, kebanyakan mereka tidak
menyadari bahwa mereka telah mengajarkan anak dengan cara disiplin yang
negatif, berupa hukuman fisik dan kata-kata yang dapat merugikan perkembangan
anak. Menggunakan hukuman pada anak sebenarnya merupakan intervensi yang sangat
buruk dan tidak tepat.
Dengan
memberi hukuman, orang tua dan guru tidak dapat mengubah perilaku anak yang
tidak baik menjadi baik. Bahkan hukuman dapat membuat perilaku anak menjadi
lebih buruk. Ini merupakan realita yang ada dimasyarakat bahwa kebanyakan guru
di taman kanak-kanak bukan lulusan dari pendidikan anak usia dini dan belum
pernah mengenal metode dalam menangani tingkah laku yang kurang baik. Mereka
melihat hukuman sebagai hal yang wajar dan merupakan satu-satunya cara untuk
menekan tingkah laku dan membentuk disiplin pada anak. Perlakuan-perlakuan
seperti menekan anak, mengomeli, mengancam merupakan mekanisme yang muncul
sebagai bentuk penegakan disiplin yang sebenarnya lebih terkait dengan
ketidakpuasan orang tua ataupun guru atas perilaku anak yang tidak sesuai dengan
harapan mereka.
2. Disiplin
Positif
Pembentukan
disiplin dengan cara-cara yang positif tergantung pada pengalaman, pengetahuan,
sikap, dan watak orang tua dan guru. Hallowel (2002: 173) berpendapat bahwa
mereka yamg menggunakan disiplin positif selalu memulai dengan kesabaran, cinta
dan kepedulian. Apabila orang tua dan guru mengajarkan dan menanamkan disiplin
melalui kemarahan maka cara demikian akan menghasilkan kebingungan dan
ketakutan pada anak. Mereka harus belajar mengatasi kemarahan dan mengubahnya
dengan kesabaran sebagai kunci dari disiplin positif. Pemberian hukuman pada
anak bukanlah cara yang tepat untuk menghentikan tingkah laku yang kurang baik
yang ditunjukkan anak.
Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa kesabaran dan pengertian adalah hal yang sangat penting
dalam proses pembelajaran disiplin anak. Hal ini disebabkan karena pada waktu
orang tua atau guru mengajarkan dan menanamkan disiplin, anak belum mengerti
dan memahami tentang disiplin. Untuk itu mereka harus memperhatikan tingkat perkembangan
anak. Menggunakan pendekatan disiplin positif akan menciptakanatmosfir yang
positif dan akan menghasilkan disiplin diri anak yang kondusif. Memberi pujian
pada anak apabila mereka telah melakukan sesuatu dan tidak menyalahkan mereka
karena telah berbuat kesalahan merupaka cara untuk mendorong anak mencoba
kembali melakukan sesuatu.
Schaefer (1996)
mengatakan bahwa pendisiplinan akan lebih efektif jika memenuhi criteria :
a) menghasilkan
suatu keinginan perorangan atau pertumbuhan pada diri anak.
b) Harga
diri anak tetap tejaga.
c) Selalu
ada hubungan dekat antara anak dan orang tua.
Apa yang harus dilakukan orang
tua dalam menanamkan disiplin pada usia anak-anak, terutama ketika harus
menegakkan disiplin itu dengan memberikan konsekuensi hukuman bila dilanggar?
Ø Yang
pertama, orang tua harus memiliki pengetahuan bahwa :
§ Disiplin
tidak tertanam begitu saja
§ Disiplin
yang ditanamkan pada masa kanak-kanak harus menyesuaikan dengan
perkembangan usia anak.
§ Setiap
usia ada kemampuan yang dikuasai dan ada yang belum dikuasainya.
Ø Yang
kedua, orang tua harus memiliki pengetahuan tentangn cara-cara yang tepat dan
efektif dalam melatih disiplin sesuai dengan usia perkembangan anak.
Ø Yang
ketiga, disipilin adalah perilaku yang dipelajari anak dari orang tua, guru
atau orang-orang disekitarnya.
Ø Yang
keempat, membuat aturan dengan satndar-satndar yang realistis,
mengkomuniasikannya pada anak dan menetapkan kebjaksanaan-kebijaksanaan, bukan
standar mutlak, dan menetapkan/membuat kesepakatan bersama.
Disiplin ditanamkan sejak usia
anak masih sangat muda melalui pola-pola pembiasaan oleh orang tua, pengasuh
dan orang-orang disekitarnya. Misalnya :
§ Menyusui
tepat waktu/makan tepat waktu
§ Tidur
pada jam tertentu
§ Melatih
membuang air
§ Melatih
anak mengikuti pola orang tua disaat anak memasuki usia menjelajah dimana anak
sangat sulit diatur.
§ Dapat
diajak berpikir mengenai konsekuensi yang diterima bila berbuat salah dan bila
berbuat benar.
§ Disiplin
melalui kegiatan sehari-hari (membereskan mainan, mencuci tangan sebelum makan,
mencuci kaki sebelum tidur)
§ Membuat
peraturan/tata tertib di rumah secara menyeluruh.
Banyak cara yang dipilih
seseorang dalam menegakkan disiplin. Namum beberapa cara memberikan dapak yang
buruk bagi perkembangan psikologis anak dimasa yang akan datang. Salah satunya
adalah pola kekerasan yang banyak dipilih orang tua atau pendidik dalam
menerapkan disiplin. Terutama berhubungan dengan pemberian hukuman sebagai
konsekuensi dari pelanggaran disiplin.
Ada cara yang cukup efektif yang
dapat dilakukan dalam menerapkan disiplin :
a. menunjukkan
penolakan untuk perilaku yang tidak diinginkan.
§ Mengabaikan
keberadaannya
§ Membelakangi
§ Tidak
memberikan perhatian untuk beberapa saat
§ Pura-pura
tidak melihat.
§ Menolak
menaggapi/mendengar pembicaraan anak.
§ Tidak
memenuhi keinginan anak.
b. dialog
tentang mengapa harus mengubah perilaku.
§ Memberikan
contoh melaui cerita fiktif
§ Menjelaskan
konsekuensi dari perbuatan salah bagi anak maupun orang lain menggunakan
hukuman dan penghargaan.
c. memberikan hadiah, pujian atau
penghargaan
§ memberikan
belaian, senyum pelukan untuk beberapa saat untuk perilaku yang diharapkan
§ Memberikan
pujian untuk rasa percaya diri dalam menerapkan disiplin lebih banyak diberikan
daripada kritikan.
§ Diberikan
hak istimewa untuk penguat perilaku yang diharapkan.
d. beri
hukuman yang layak ;
§ Mencabut
haknya yang disenangi (menonton tv, bermain games, makan es krim dll).
§ Membuat
anak melakukan suatu tugas yang ada manfaatnya, namun tidak disenanginya.
e. Konsisten
dalam menegakkan disipilin.
Penerapan disiplin oleh orang tua dan guru dapat menjadi kontrol
bagi perilaku. Bila disiplin sudah menjadi kebiasaan maka akan membentuk
watak anak atau siswa. Untuk masa depannya akan menjadikan insan yang tertib,
yang dapat membedakan serta memilah hal-hal yang positif dalam hidupnya.
Dalam penerapan
kepada anak peraturan mempunyai dua fungsi penting untuk membantu anak menjadi
manusia yang bermoral,yaitu : dengan peraturan membantu anak untuk menghindari
perilaku yang tidak baik dan tidak diinginkan sebab apabila anak melanggar
peraturan maka dia akan dimarahi oleh orang tua, guru dan oleh orang-orang
dewasa sekitarnya. Oleh sebab itu agar tidak dihukum ( dimarahi ) dia akan
menghindari perilaku yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku. Peraturan
mempunyai nilai pendidikan karena peraturan memperkenalkan kepada Anak tentang
perilaku yang disetujui dilingkungan sosialnya.
Ada 3 cara dalam
penanaman disiplin pada AUD yaitu
sebagai berikut :
1. Pendekatan
otoriter
Dimasa lalu
orang tua dianggap segala tahu apa yang terbaik bagi anaknya, orangtualah yang
menentukan masa depan anaknya. Oleh sebab itu tidak heran perilaku anak
dibentuk oleh orang tuanya secara otoriter dalam artian anak tidak boleh menolak
untuk apalagi menolak kehendak orang tua. Anak akan mendapat hukuman bila tidak
mengikuti standar yang telah ditentukan orang tua dan guru. Sebaliknya jarang
sekali anak dapat penghargaan bila berhasil menunjukkan perilaku yang baik dan
sesuai dengan standar lingkungannya.
Dalam menerapkan
keinginan orang tua dan guru terhadap anak, faktor usia anak kurang
dipertimbangkan. Walaupun anak sudah beranjak besar, pengendalian ketat dan
hukuman fisik / badan masih digunakan. Hal ini akan melumpuhkan inisiatif dan
kesempatan anka dalam mengambil keputusan-keputusan tentang sesuatu yang dia
anggap baik dan berguna bagi dirinya.
Anak yang
dididik dengan cara penanaman disiplin otoriter akan cenderung mengembangkan
kepribadian yang kurang positif. Dia cenderung untuk berbuat licik, tidak
jujur, dan tertutup, pada gilirannya akan melawan / menentang orang tua, guru
yang dia anggap tidak sesuai dengan kehendaknya. Akibat lain dari cara otoriter
ini, anak akan menjadi rendah diri, tidak berani mengemukakan pendapat, malu
bergaul dengan orang lain, merasa serba salah, bersikap “ submisit” ( tunduk
pada orang lain ) serta cenderung menarik diri dari lingkungan sosial
sekitarnya.
2. Pendekatan
permisif
Disiplin
permisif berarti sedikit disiplin atau tidak ada penanaman disiplin. Dengan
cara pendekatan permisif, anak-anak tidak diberi batas-batas / rambu-rambu yang
mengatur tingkah laku. Mereka tidak diberitahu oleg orang tua, guru, mana yang
boleh dilakukan mana yang tidak boleh dilakukan.
Pendekatan
permisif ini kebalikan dari pendekatan otoriter. Kalau pendekatan otoriter
orang tua dan gurulah yang mengendalikan segala perilaku anak, sedangkan
pendekatan secara permisif anak-anak dibiarkan untuk berbuat dan berperilaku
sekehendak hatinya, orang atau guru tidak mengarahkan anak kepada perilaku yang
sesuai dengan standar perilaku yang berlaku dilingkungannya dan tidak
menggunakan sanksi hukuman terhadap
prilaku yang tidak baik/ salah. Akibatnya anak –anak menjadi bingung dan tidak
tahu mana yang baik mana yang tidak baik, mana yang boleh dilakukan, mana yang
tidak boleh dilakukan. Selain bingung mereka kerasa cemas, tidak aman dan
menjadi agresif. Walaupun mereka tidak tahu mana yang baik, mana yang salah,
akibatnya mereka tidak dapat mengambil keputusan yang sesuai dengan standar
sosial di lingkungannya.
Akibat lebih
lanjut, anak-anak ini menjadi manja, penuntut, menjadi “ monster kecil ” dan
banyak lagi julukan yang diberikan kepada mereka. Anak-anak sulit menyesuaikan
diri, perilakunya tidak sesuai dengan usianya dan dia mengalami hambatan dalam
pengembangan kepribadiannya. Perilaku sulit diterima oleh lingkungannya, karena
tidak sesuai dengan standar yang berlaku di masyarakat.
Anak-anak yang
tumbuh besar permisif, cenderung menjadi anak yang ragu-ragu, cemas, kurang percaya
diri, dan sulit mengendalikan diir. Demikian pula ia tidak tahan menghadapi
kekerasan dan tantangan dalam hidupnya, selalu minta dukungan dan bantuan
mental dari orang lain, mudah menyerah dan mudah putus asa.
3. Pendekatan
demokratis
Penanaman
disiplin dengan cara pendekatan demokratis adalah suatu cara penanaman disiplin
yang dianggap yang paling baik yang dapat menghasilkan sikap, perilaku dan
kepribadian yang matang. Cara ini dapat dikatakan penggabungan dari penanaman
disiplin cara otoriter dan permisif. Dengan penanaman disiplin secara
demokratis, berarti anak diikutsertakan dalam diskusi, mendengarkan penjelasan,
bertanya, mengemukakan pendapat tentang mengapa perilaku tertentu itu boleh
dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Dengan demikian anak-anak benar-benar
mengerti dan memahami standar sosial yang berlaku dilingkungannya.
Terhadap anak
yang besar, tidak saja penjelasan-penjelasan tentang aturan yang harus
dipatuhi, tetapi mereka diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan bila
diperlukan diajak bersama-sama merumuskan aturan main di rumah maupun
disekolah untuk sama-sama diputuskan
menjadi pedoman bersama. Dengan cara penanaman disiplin demokratis ini, anak
merasa dihargai, diakui keberadaan nya dan hal ini akan menumbuhkan kepercayaan
pada dirinya dan dia tidak ragu –ragu mengambil keputusan dan menentukan sikap.
D.
Pentingnya Penanaman Disiplin pada Anak
Usia Prasekolah
Keyakinan
bahwa anak-anak memerlukan disiplin dari dahulu sudah ada, tetapi terdapat
perubahan dalam sikap mengenai mengapa mereka memerlukannya. Pada masa lampau,
dianggap bahwa disiplin diperlukan untuk menjamin bahwa anak akan menganut
standar yang
telah ditetapkan masyarakat dan yang harus dipatuhi anak agar ia tidak ditolak masyarakat. Sekarang telah diterima bahwa anak membutuhkan disiplin bila mereka ingin bahagia dan menjadi orang yang baik penyesuaiannya. Melalui disiplinlah mereka belajar berperilaku dengan
cara yang diterima masyarakat dan sebagai hasilnya mereka diterima oleh anggota kelompok sosial mereka. Disiplin diperlukan untuk perkembangan anak karena ia memenuhi beberapa kebutuhan tertentu. Dengan demikian, disiplin memperbesar kebahagiaan dan penyesuaian pribadi dan sosial anak. Beberapa kebutuhan masa kanak-kanak yang dapat diisi oleh disiplin
antara lain:
telah ditetapkan masyarakat dan yang harus dipatuhi anak agar ia tidak ditolak masyarakat. Sekarang telah diterima bahwa anak membutuhkan disiplin bila mereka ingin bahagia dan menjadi orang yang baik penyesuaiannya. Melalui disiplinlah mereka belajar berperilaku dengan
cara yang diterima masyarakat dan sebagai hasilnya mereka diterima oleh anggota kelompok sosial mereka. Disiplin diperlukan untuk perkembangan anak karena ia memenuhi beberapa kebutuhan tertentu. Dengan demikian, disiplin memperbesar kebahagiaan dan penyesuaian pribadi dan sosial anak. Beberapa kebutuhan masa kanak-kanak yang dapat diisi oleh disiplin
antara lain:
§ Disiplin
memberikan rasa aman dengan memberitahukan apa yang boleh dan yang tidak boleh
dilakukan
§ Disiplin
membantu anak menghindari perasaan bersalah dan rasa malu akibat perilaku yang
salah. Perasaan yang pasti mengakibatkan rasa tidak bahagia dan penyesuaian
yang buruk. Disiplin memungkinkan anak hidup menurut standar yang disetujui
kelompok sosial dan dengan demikian memperoleh persetujuan sosial.
§ Dengan
disiplin anak belajar bersikap menurut cara yang akan mendatangkan pujian yang
akan ditafsirkan anak sebagai tanda kasih sayang dan penerimaan. Hal ini
esensial bagi penyesuaian yang berhasil dan kebahagiaan.
§ Disiplin
yang sesuai dengan perkembangan berfungsi sebagai motivasi bagi anak untuk
mencapai apa yang diharapkan darinya.
§ Disiplin
membantu anak mengembangkan hati nurani yang merupakan pembimbing dalam
pengambilan keputusan dan pengendalian perilaku.
Secara
psikososial, setiap anak memiliki kebutuhan dasar yang dapat dilayani melalui
disiplin. Bahkan dapat dikatakan bahwa disiplin sesungguhnya adalah kebutuhan
intrinsik dan kebutuhan ekstrinsik bagi perkembangan anak. Kebutuhan intrinsik
artinya melalui disiplin anak dapat berfikir, menata dan menentukan sendiri
tingkah laku sosialnya sesuai dengan tata tertib dan kaedah-kaedah tingkah laku
dalam masyarakat. Sedangkan kebutuhan ekstrinsik artinya dalam kehidupannya
anak akan bertanya dan meminta petunjuk tentang arah tingkah lakunya. Disinilah
disiplin berfungsi memberi penerangan agar tingkah laku anak tidak tersesat dan
menimbulkan suasana hidup yang tidak menyenangkan bagi anak. Dengan adanya
disiplin anak akan memperoleh penyesuaian pribadi, sosial dan institusional
yang lebih baik. Penyesuaian pribadi artinya anak dapat mengembangkan kemampuan
pribadinya secara optimal dan mewujudkan kemampuan itu sesuai dengan tuntutan
dan harapan masyarakat. Penyesuaian sosial artinya anak dapat membangun
hubungan dan interaksi sosial secara efektif berdasarkan aturan dan norma-norma
sosial yang berlaku di lingkungannya.
Penyesuaian
institusional artinya anak dapat hidup dan menyesuaikan pertumbuhan diri dan
interaksi sosialnya dengan syarat-syarat, aturan dan norma yang ditetapkan oleh
institusi. Dalam hal ini fungsi pokok disiplin adalah mengajar anak untuk
menerima pengekangan yang diperlukan dan membantu mengarahkan anak kejalur
tingkah laku yang berguna dan dapat diterima secara personal, sosial dan
institusional(Hurlock;1999:83).
E.
Kondisi yang menunjang dalam
pengembangan disiplin diri AUD
Pengenalan disiplin dapat dimulai sejak dalam kandungan.
Misalnya seorang ibu yang sedang mengandung akan tertib mengatur pola makan
istirahat dan emosinya, agar anak yang dalam kandungannya setelah dilahirkan
nanti menjadi tertib dan tidak bermasalah. Selain itu penanaman disiplin juga
bisa dilakukan setelah anak lahir yaitu dengan rutinitas dan pembiasaan.
Misalnya waktu menyusui, waktu tidur, waktu buang air besar/kecil dan waktu
bermain.
Pada usia balita anak mengenal banyak macam disiplin.
Misalnya cara membersihkan diri sendiri, cara bersikap di lingkungan diluar
keluarga, belajar mengikuti pola aturan bermain, berinteraksi dan berkomunikasi
dengan anak lain secara bertahap.
Anak perlu mengetahui tingkah laku seperti apa yang
diharapkan dari dia. Apa yang boleh dan tidak boleh dia lakukan disaat tertentu.
Tentu saja hal ini memerlukan bimbingan orang dewasa terutama orang tua dan
guru disekolah. Oleh karena itu bagaimana pendidik memberikan respon pada
tindakan anak secara tepat sangatlah penting.
Jadi penanaman disiplin yang tepat dilakukan adalah sejak usia
dini karena pada usia ini adalah usia dimana anak menghormati, otoritas orang
tua dalam mendisiplinkan dirinya. Orang tua yang mampu menanamkan disiplin pada
anak saat usia ini akan lebih mudah mendisiplinkan anak pada saat remaja nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar