Artikel: Pentingnya Pendidikan Usia Dini Bagi Tumbuh Kembang Anak
REP | 07 May 2012 | 00:48 Dibaca: 3699 Komentar: 0 Nihil
Artikel:
Pentingnya Pendidikan Usia Dini bagi Tumbuh Kembang Anak
Pentingnya Pendidikan Usia Dini bagi Tumbuh Kembang Anak
Judul : Pentingnya Pendidikan Usia
Dini bagi Tumbuh Kembang Anak
Bahan ini cocok untuk Semua Sektor Pendidikan bagian PENDIDIKAN / EDUCATION.
Nama & E-mail (Penulis): Putriyani
Bahan ini cocok untuk Semua Sektor Pendidikan bagian PENDIDIKAN / EDUCATION.
Nama & E-mail (Penulis): Putriyani
Email : damul_hanna99@yahoo.co.id
Saya Mahasiswi di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Topik : Pendidikan Usia Dini
Tanggal: 6 Mei 2012-05-06
Topik : Pendidikan Usia Dini
Tanggal: 6 Mei 2012-05-06
Pendidikan adalah merupakan aset
penting bagi kemajuan sebuah bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus
dan wajib mengikuti jenjang pendidikan, baik jenjang pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun tinggi. Kebanyakan anak-anak Indonesia
dalam memulai proses masuk ke lembaga pendidikan, mengabaikan pendidikan anak
usia dini, padahal untuk membiasakan diri dan mengembangkan pola pikir anak
pendidikan sejak usia dini mutlak diperlukan.
Sudah bukan
informasi baru, mengenai 3 tahun pertama anak adalah usia emas baginya untuk
menyerap informasi sebanyak-banyaknya. Berdasar pengetahuan ini pun makin
banyak didengungkan mengenai pentingnya pendidikan anak usia dini. Perlu orang
tua ketahui bahwa anak memiliki kemampuan yang perlu diasah sejak dini, karena
dengan mereka memiliki berbagai kemampuan tersebut tentunya sudah dapat
dibentuk sedari dini.
“[Sayangnya] banyak orangtua yang menganggap pendidikan anak usia dini tidak begitu penting, dengan alasan tidak ingin anaknya mengalami stres atau kehilangan masa bermain. Padahal, 70 persen pembentukan karakter manusia itu dimulai dari usia nol hingga 3 tahun. Sejak dini, anak-anak berhak mendapat saran pendidikan yang nyaman, penuh kasih sayang, dan dalam lingkungan mendukung,” kata Novita Tandry, Director Tumble Tots Indonesia di acara peresmian SGM Prestasi Center, Jakarta, (1/5).
Saat ini sudah ada kesadaran kearah
sana, namun dengan luas dan jumlah penduduk Indonesia yang besar dan lembaga
pendidikan anak usia dini masih bersifat seadanya dan banyak yang belum memenui
keriteria pendidikan anak usia dini, apalagi pos PAUD yang merupakan
perkembangan dari posyandu terintegrasi, dimana awalnya lembaga ini diarahkan
untuk mengadakan timbangan badan dan memberikan makanan sehat, yang ahirnya
difungsikan untuk memberi stimulasi pendidikan.
Pendidikan
bagi anak usia dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing,
mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan
dan ketrampilan anak. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar ke arah
pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar),
kecerdasan,, daya cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdasan spititual.
Disampaikan
pula oleh Novita, ada 2 hal yang penting untuk membantu perkembangan anak
optimal, yakni nutrisi serta stimulasi.
“Nutrisi harus presisi sesuai tumbuh
kembang anak. Begitu pula dengan stimulasinya. Dengan dukungan menyeluruh,
penggabungan nutrisi dan stimulasi yang presisi sesuai usia perkembangan, bisa
menciptakan anak-anak yang berprestasi,”
Sesuai
dengan keunikan dan pertumbuhan anak usia dini maka penyelenggaraan pendidikan
bagi anak usia dini di sesuaikan dengan tahap tahap perkembangan yang di lalui
oleh anak usia dini.
Umumnya,
pada usia 4 tahun ini si kecil baru mulai masuk TK (Taman Kanak-kanak). Baik TK
yang biasa atau TK Al Quran yang dikenal dengan TKA (Taman Kanak-kanak Al
Quran) atau TPQ (Taman Pendidikan Al Quran). Itu artinya, sebagian tanggung
jawab pendidikan anak terlimpahkan pada para guru TK tersebut. Namun demikian,
adalah salah besar apabila orang tua menyerahkan pendidikan anak 100% pada
lembaga pendidikan. Kegagalan pendidikan kepribadian anak kebanyakan karena
kegagalan pendidikan dalam rumah; yakni pendidikan orang tua.Dalam konteks
pendidikan orang tua, ibulah yang paling memegang peranan penting. Oleh karena
itu, sukses tidaknya masa depan anak dan baik buruknya kepribadiannya, akan
sangat tergantung seberapa peran ibu dalam proses pendidikannya. Terutama dalam
pendidikan anak usia dini (PAUD) yakni usia 0 – 6 tahun dan 6 – 16 (usia SD
SMP). Tentu saja peran ayah tak kalah pentingnya, terutama dalam proses
pembangunan kepribadian (character building).
Masalah
Bagaimanakah pendidkan anak usia dini dalam konteks
pendidikan nasional ?
Pembahasan
Periode emas bagi perkembangan anak
adalah dimaksudkan untuk memperoleh proses pendidikan, dan periode ini adalah
tahun-tahun yang sangat berharga bagi seorang anak untuk mengenali berbagai macam
fakta di lingkungannnya sebagai stimulus terhadap perkembangan kepribadian ,
psikomotor, kognitif maupun sosialnya.
Berdasarkan hasil penelitian sekitar
50% kapabilitaas kecerdasan orang dewasa telah terjadi ketika anak berumur 4
tahun,8 0% telah terjadi perkembangan yang pesat tentang jaringan otak ketika
anak berumur 8 tahun dan mencapai puncaknya ketika anak berumur 18 tahun, dan
setelah itu walaupun dilakukan perbaikan nutrisi tidak akan berpengaruh
terhadap perkembangan kognitif.
Hal ini berarti bahwa perkembangan
yang terjadi dalam kurun waktu 4 tahun pertama sama besarnya dengan
perkembangan yang terjadi pada kurun waktu 14 tahun berikutnya. Sehingga
periode ini merupakan periode kritis bagi anak, dimana perkembangan yang
diperoleh pada periode ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan periode
berikutnya hingga masa dewasa. Sementara masa
emas ini hanya datang sekali, sehingga apabila terlewatkan berarti habislah
peluangnya.
Untuk itu pendidikan anak usia dini seharusnya memberikan rangsangan
(stimulasi) dari lingkungan terdekat adalah sangat diperlukan untuk
mengoptimalkan kemampuan anak. Pemerintah dalam hal jangan sekai-kali melakukan
pendekatan yang sangat diskriminatif terutama dalam pengambilan kebijakan
terhadap PAUD (baik paud forma,non formal mupun paud informal) terutama pada
pos paud,karena UU No 20 tahun 2003 tidak mengenal istilah pos paud (secara
tersurat),sekali lagi pemerintah tidak boleh berlaku deskriminatif.
Pemerintah Indonesia telah memperkenalkan panduan stimulasi dalam program
Bina Keluarga Balita (BKB) sjak tahun 1980, namun implementasinya belum
memasyarakat. Hasil penelitian Herawati ( 2002) di Bogor menemukan bahwa dari
265 keluarga yang diteliti hanya 15% yang mengetahui program BKB, factor lain
adalah rendahnya partisipasi orang tua dalam program BKB.
Masih
rendahnya layanan pendidikan dan perawatan bagi anak usia dini saat ini antara
lain disebabkan masih terbatasnya jumlah lembaga yang memberikan layanan
pendidikan dini jika dibanding dengan jumlah anak usia 0-6 tahun yang
seharusnya memperoleh layanan tersebut. Berbagai program yang ada baik langsung
(melalui Bina Keluarga Balita dan Posyandu) yang telah ditempuh selama ini
ternyata belum memberikan layanan secara utuh, belum bersinergi dan belum
terintegrasi pelayanannya antara aspek pendidikan, kesehatan dan gizi. Padahal
ketiga aspek tersebut sangat menentukan tingkat intelektualitas, kecerdasan dan
tumbuh kembang anak.
Pada lembaga
pendidikan anak usia dini, kini sudah mengajarkan anak tentang dasar-dasar dalam
cara belajar. Di usianya yang masih sangat dini tersebut, anak akan
diperkenalkan terlebih dahulu pada sebuah fondasi. Mereka akan mengetahui
semuanya sedikit demi sedikit melalui apa yang mereka lihat dan pelajari.
Dengan mereka bermain akan diajarkan bagaimana cara yang tepat dalam
bersosialisasi, mengatur waktu dan yang terpenting bisa menguasai 1-3 bahasa.
Pendidikan
anak usia dini yang orang tua berikan bagi anak merupakan suatu persiapan
kematangan anak dalam menghadapi masa demi masa untuk perkembangannya di masa
yang akan datang. Saat ini telah banyak berbagai sekolah taman kanak-kanak
memberikan pendidikan yang baik dan berkualitas demi mengembangkan kemampuan
dan bakat dalam diri anak tersebut. Oleh karena itu, diperlukan usaha dan
orangtua dalam mengajar dan mendidik anak terutama dalam membaca. Mengajar anak
membaca tidak harus melihat berapa usia yang tepat untuk mengajarkannya. Yang
terpenting disini adalah Anda berusaha memberikan yang terbaik dalam
pendidikannya kelak.
Hasil analisis saya terhadap artikel tentang
pendidikan karakter aud adalah :
Membentuk karakter diibaratkan seperti mengukir di
atas batu permata atau permukaan besi yang keras. Dari sini kemudian berkembang
pengertian karakter yang diartikan sebagai tanda khusus atau pola perilaku.
Doni Koesoema A (2007:80) memahami bahwa karakter adalah sama dengan
kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik yang bersifat
khas dari seseorang yang bersumber dari hasil bentukan-bentukan yang diterima
dari lingkungan. Menurut Pusat Bahasa Depdiknas, pengertian karakter adalah
bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat,
tabiat, temperamen, dan watak.
Pendidikan adalah proses internalisasi nilai budaya ke
dalam diri seseorang dan masyarakat sehingga orang dan masyarakat menjadi
beradap.
Pendidikan karakter dimaknai sebagai
pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada diri
peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter
dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai
anggota masyarakat, dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif dan
kreatif (Puskur, 2010)
Fungsi dari pendidikan karakter dan budaya bangsa
menurut Puskur (2010)
·
Pengembangan ; pengembangan potensi peserta didik
untuk menjadi pribadi yang berperilaku baik,
·
Perbaikan ; memperkuat kiprah pendidikan nasional
untuk bertanggung jawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih
bermartabat
·
Penyaring ; untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan
budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai budaya dan karakter budaya
yang bermartabat
Faktor-faktor yang menyebabkan kurang berhasil di
bidang akademik bukan hanya terketak pada kecerdasan otak, tetapi pada masalah
karakter, yaitu rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul,
kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan kemapuan berkomunikasi.
- Peran lembaga pendidikan diibaratkan sebagai “mesin” untuk mencetak sumber daya manusia yang berkarakter. Lembaga pendidikan menjadi “bengkel” bagi perbaikan moralitas bangsa yang terkikis oleh dampak negatif modernisasi. Pendidikan dituntut berperan aktif sebagai agen perubahan
- Pendidikan karakter di sekolah juga sangat terkait dengan manajemen atau pengelolaan sekolah. Pengelolaan yang dimaksud adalah bagaimana pendidikan karakter direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah secara memadai. Pengelolaan tersebut meliputi nilai yang perlu ditanamkan, muatan kurikulum, pembelajaran, penilaian, pendidik dan tenaga kependidikan.